Al-Imam Ja'far Ash-Shadiq rahimahullah berwasiat kepada putranya, Musa. Beliau rahimahullah berkata:
Wahai anakku…. barangsiapa merasa cukup dengan apa yang menjadi
bagiannya maka dia akan menjadi kaya dan barangsiapa memanjangkan
pandangannya kepada apa yang ada di tangan orang lain niscaya dia akan
mati dalam keadaan miskin.
Barangsiapa yang tidak ridha dengan apa yang diberikan untuknya
berarti telah mencacati Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam ketetapan
takdir-Nya.
Barangsiapa menganggap kecil ketergelinciran orang lain maka menjadi besarlah ketergelinciran irinya.
Barangsiapa menyibak tabir (aib) orang lain maka akan tersibak pula aurat (aib)nya.
Barangsiapa menghunuskan pedang pemberontakan maka akan terbunuh karenanya.
Barangsiapa menggali sumur (lubang) bagi saudaranya maka Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menjerumuskan dirinya ke dalamnya.
Barangsiapa masuk (bercampur) dengan orang-orang bodoh niscaya akan terhina.
Dan barangsiapa bergaul dengan para ulama maka dia akan dimuliakan dengannya.
Barangsiapa memasuki tempat-tempat kejelekan maka dia akan tertuduh (dengan kejelekan pula, pen.).
Wahai anakku…. waspadalah, jangan sampai engkau menganggap remeh orang lain, sehingga engkau pun menjadi hina karenanya.
Waspadalah…. Jangan engkau menggeluti perkara-perkara yang tidak
bermanfaat bagi dirimu, sehingga engkau pun menjadi hina karenanya.
Wahai anakku…. katakanlah yang haq (benar) dalam keadaan
menguntungkan ataupun merugikanmu niscaya engkau memiliki kedudukan
tersendiri di antara teman-temanmu.
Jadilah engkau seorang yang gemar membaca dan mengikuti Al-Qur'an,
seorang yang gigih menyebarkan agama Islam, seorang yang selalu
memerintahkan kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran,seorang yang
menyambung tali persaudaraan dengan orang yang memutus hubungan rahim
denganmu.
Jadilah engkau sebagai orang yang selalu memulai dalam menyapa
orang-orang yang mendiamkanmu dan memberi kepada orang yang meminta
kepadamu.
Wahai anakku…. jauhilah namimah (perbuatan mengadu domba). Sungguh
namimah itu akan menanamkan permusuhan di dalam hati-hati (manusia).
Dan hati-hatilah dari membongkar aib manusia. Karena kedudukan
seseorang yang membongkar aib-aib manusia berada pada posisi sasaran
bidik (sewaktu-waktu akan balik dibongkar aibnya, pen.).
Apabila engkau mencari kebaikan maka wajib bagimu mengambil dari
sumbernya. Sesungguhnya kebaikan itu memiliki asal dan pada asal itu
terdapat pokok-pokok dan pada pokok-pokok itu terdapat cabang-cabang,
dan pada cabang-cabang itu terdapat buah, serta tidaklah buah itu
menjadi matang (dengan baik) kecuali pada tangkainya, dan tidaklah ada
tangkainya kecuali ada pokoknya dan tidak ada pokok melainkan dengan
adanya asal (bibit) yang baik.
Kunjungilah orang-orang yang baik dan jangan mengunjungi orang-orang
yang jelek (jahat). Karena orang-orang yang jelek itu ibarat gurun pasir
yang tidak dapat memancarkan air, atau ibarat pohon yang tidak
menghijau daunnya, atau ibarat tanah yang tidak dapat menumbuhkan
rerumputan.
(Al-Imam Ja'far Ash-Shadiq, hal. 27-29, karya Fadhilatusy Syaikh
Shalih bin Abdillah Ad-Darwis, hakim pada Mahkamah Al-Kubra di Qathif)
Sumber: Majalah Asy Syari'ah, no.48/IV/1430 H/2009, rubrik Permata Salaf.
0 Comments